KARYA

Sahabatku
10 Februari 2014

Ibu,
Sebelum pesta berlangsung
Izinkan aku menengok ke belakang
Disana sahabatku yang miskin 
Hidup dengan berjualan koran
Ibu,
Dia teman sekelasku
Juga lulus dalam ujian
Nilainya yang tinggi
Sangat ku sayangkan
Kini,
Aku minta kesediaan ibu
Menyerahkan biaya pestaku
Untuk meringankan ongkos
Masuk sahabatku di SMA  
By: Oelien_enes 


Arti Sahabat Sejati
03 Februari 2014

Sahabat...........
 menjalin suatu tali silatuhrami ....
Jikalau hati,,,,
 sudah terbawa akannya kesetiaan dalam
kebersamaan....
rasa hati tak bisa terpungkiri ,,
oleh cinta kasih...
 yang telah terjalin selama ini..

Takdir memang tak dimengerti,,
Akan semua yang terjadi,,


Gelisah,,,,,
Gundah,,,,
                   Canda Tawa,,
Kita lalui bersama,,,
Meski kebahagiaan ,,kebersamaan
Tak akan terjalin selamanya.....

                   Tapi kenangan itu kan selalu...
                                                Kuingat Juaa..:)   
                                                                               By: MoNIC__9F   



Kata mutiara untuk guru
Bahasa inggris

1.   I like a teacher who gives you something to take home to think about besides homework.  ~Lily Tomlin as "Edith Ann"
Saya suka guru yang memberimu sesuatu yang bisa dipikirkan di rumah selain PR.
2.   The dream begins with a teacher who believes in you, who tugs and pushes and leads you to the next plateau, sometimes poking you with a sharp stick called "truth."  ~Dan Rather
Mimpi berawal dari seorang guru yang mempercayaimu, yang menarik, mendorong, membawamu ke dataran tinggi, kadang ia menusukmu dengan tombak tajam bernama, “Kebenaran.”
3.   In teaching you cannot see the fruit of a day's work.  It is invisible and remains so, maybe for twenty years.  ~Jacques Barzun
Dalam mengajar, kau tidak bisa mengetahui buah hasilnya dalam sehari. Tidak bisa dilihat dan tetap begitu, mungkin (terlihat hasilnya) dua puluh tahun lagi.
4.   Teaching creates all other professions.  ~Author Unknown
Mengajar menciptakan semua profesi.
5.   If a doctor, lawyer, or dentist had 40 people in his office at one time, all of whom had different needs, and some of whom didn't want to be there and were causing trouble, and the doctor, lawyer, or dentist, without assistance, had to treat them all with professional excellence for nine months, then he might have some conception of the classroom teacher's job.  ~Donald D. Quinn
Jika seorang dokter, pengacara, dan dokter gigi memiliki 40 orang dalam satu waktu di kantornya, semuanya memiliki kebutuhan yang berbeda, dan semuanya disana membawa masalah; dan seorang dokter, pengacara, ataupun dokter gigi, tanpa bantuan, harus mengurus mereka semua dengan tenaga profesional selama 9 bulan, mungkin dia (dokter dkk) memiliki beberapa gambaran ‘bagaimana pekerjaan guru di dalam kelas.’
6.   A teacher is one who makes himself progressively unnecessary. ~Thomas Carruthers
Seorang guru itu adalah orang yang membuat dirinya sendiri semakin tidak berguna.
7.   A teacher who is attempting to teach without inspiring the pupil with a desire to learn is hammering on cold iron.  ~Horace Mann
Seorang guru yang berusaha mengajarkan tanpa menginspirasi muridnya dengan keinginan untuk belajar adalah seperti memalu besi dingin.
8.   Most teachers have little control over school policy or curriculum or choice of texts or special placement of students, but most have a great deal of autonomy inside the classroom.   ~Tracy Kidder
Kebanyakan guru memiliki sedikit kontrol terhadap kebijakan sekolah, kurikulum, pilihan teks, atau penempatan khusus siswa, tapi kebanyakan mereka memiliki banyak otonomi di dalam kelas.
9.  A teacher affects eternity; he can never tell where his influence stops.  ~Henry Brooks Adams
Seorang guru mempengaruhi keabadian; ia tidak pernah bisa mengungkapkan dimana pengaruhnya berhenti.
10. A good teacher is like a candle - it consumes itself to light the way for others.  ~Mustafa Kemal Atatürk, translated from Turkish
Guru yang baik itu ibarat lilin – membakar dirinya sendiri demi menerangi jalan orang lain.
11.  If you have knowledge, let others light their candles at it.  ~Margaret Fuller
Jika kau memiliki pengetahuan, biarkan orang lain menerangi lilin mereka pada pengetehuanmu.
12. A good teacher is a master of simplification and an enemy of simplism.  ~Louis A. Berman
Guru yang baik adalah seorang master penyederhanaan dan musuh kesederhanaan.
13. We expect teachers to handle teenage pregnancy, substance abuse, and the failings of the family.  Then we expect them to educate our children.  ~John Sculley
Kita berharap para guru bisa mengurusi kehamilan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, dan kegagalan dalam keluarga. Lalu kita berharap mereka bisa mendidik anak-anak kita.
14. Good teachers are costly, but bad teachers cost more.  ~Bob Talbert
Guru yang baik itu mahal, tapi guru yang buruk itu lebih mahal.
15.The mediocre teacher tells.  The good teacher explains.  The superior teacher demonstrates.  The great teacher inspires.  ~William Arthur Ward
Guru yang sedang-sedang saja memberitahukan. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang ulung mendemonstrasikan. Dan Maha guru itu menginspirasi.
16. The best teacher is the one who suggests rather than dogmatizes, and inspires his listener with the wish to teach himself.  ~Edward Bulwer-Lytton
Guru terbaik adalah orang yang menganjurkan bukan men-dogma-kan, dan menginspirasi pendengarnya dengan harapan bisa mengajarkan dirinya sendiri.
17. A teacher's purpose is not to create students in his own image, but to develop students who can create their own image.  ~Author Unknown
Tujuan seorang guru bukanlah menciptakan siswa-siswanya menurut pandangannya, tapi mengembangkan siswanya yang mampu menciptakan pandangan mereka sendiri.
18. What the teacher is, is more important than what he teaches.  ~Karl Menninger
Makna guru itu lebih penting daripada apa yang ia ajarkan.
19. Teaching should be full of ideas instead of stuffed with facts.  ~Author Unknown
Mengajar seharusnya penuh dengan ide-ide sebagai ganti dari penuh dengan fakta-fakta.
20.Teaching is leaving a vestige of one self in the development of another.  And surely the student is a bank where you can deposit your most precious treasures.  ~Eugene P. Bertin
Mengajar itu meninggalkan sisa seseorang pada perkembangan orang lain. Dan siswa adalah sebuah bank dimana kau dapat mendepositokan harta paling berhargamu.
21. Teachers who inspire know that teaching is like cultivating a garden, and those who would have nothing to do with thorns must never attempt to gather flowers.  ~Author Unknown
Guru yang menginspirasi tahu bahwa mengajar itu seperti menanami kebun, dan mereka yang tidak memiliki apapun saat ada duri pasti tidak akan berusaha untuk mengumpulkan bunga.
22. Teachers who inspire realize there will always be rocks in the road ahead of us.  They will be stumbling blocks or stepping stones; it all depends on how we use them.  ~Author Unknown
 Guru yang menginspirasi tahu bahwa selalu ada bebatuan di jalan yang menghadang. Bebatuan tersebut bisa berupa batu penghalang atau batu bertingkat; tergantung bagaimana kita memanfaatkan batu tersebut.
23. Teaching is not a lost art, but the regard for it is a lost tradition.  ~Jacques Barzun
Mengajar itu bukanlah seni yang hilang, tapi kehormatannya itu tradisi yang hilang.
24. A teacher's job is to take a bunch of live wires and see that they are well-grounded.  ~D. Martin
Pekerjaan guru itu mengambil rangkaian kawat hidup dan mengetahui bahwa mereka sedang tertimbun di bawah bumi.
25. What a teacher writes on the blackboard of life can never be erased.  ~Author Unknown
Apa yang guru tulis di atas papan kehidupan tidak dapat dihapus.
26. The teacher who is indeed wise does not bid you to enter the house of his wisdom but rather leads you to the threshold of your mind.  ~Kahlil Gibran
Guru yang bijak tidak menawarkanmu masuk ke rumah kebijaksanaannya tapi lebih membimbingmu pada ambang pintu otak kalian.
27.  Discover wildlife:  be a teacher!  ~Author Unknown
Untuk menemukan kehidupan rimba: Jadilah seorang guru!
28. The task of the excellent teacher is to stimulate "apparently ordinary" people to unusual effort.  The tough problem is not in identifying winners:  it is in making winners out of ordinary people.  ~K. Patricia Cross
Tugas guru yang ulung itu untuk menstimulasikan orang yang “biasa” menjadi usaha yang tidak biasa. Masalah yang berat itu bukan pada mengenali pemenang: tapi membuat pemenang menjadi orang luar biasa.
29. When you teach your son, you teach your son's son.  ~The Talmud
Saat kau mengajarkan anakmu, berarti kau mengajarkan anaknya anakmu.
30. The best teachers teach from the heart, not from the book.  ~Author Unknown
Guru paling baik mengajarkan dari hari, bukan dari buku.
31.  The average teacher explains complexity; the gifted teacher reveals simplicity.  ~Robert Brault.
Rata-rata guru menjelaskan kerumitan; guru yang berbakat mengajarkan kemudahan.
32. 2  Teach is
2  Touch lives
4  Ever
~Author Unknown
Mengajar itu menyentuh kehidupan selama-lamanya.
33. Who dares to teach must never cease to learn.  ~John Cotton Dana
Orang yang berani mengajar tidak bararti berhenti belajar.
34. There are three good reasons to be a teacher - June, July, and August.  ~Author Unknown
Ada tiga alasan yang baik untuk menjadi guru – Juni, Juli, dan Agustus.
35. A truly special teacher is very wise, and sees tomorrow in every child's eyes.  ~Author Unknown
Guru yang benar-benar istimewa itu sangat bijaksana, dan tahu hari esok pada mata anak-anak didiknya.
36. A teacher should have maximal authority, and minimal power.  ~Thomas Szaz
Seorang guru seharusnya memiliki wewenang maksimal dan kekuasaan yang minimal.
37.  To teach is to learn twice.  ~Joseph Joubert, Pensées, 1842
Mengajar itu belajar dua kali.
38. The secret of teaching is to appear to have known all your life what you just learned this morning.  ~Author Unknown
Rahasia mengajar itu nampak saat mengetahui apa yang kau pelajari tadi pagi.
39. Teachers touch the future.  ~Author Unknown
Guru menyentuh masa depan.
40. Don't try to fix the students, fix ourselves first.  The good teacher makes the poor student good and the good student superior.  When our students fail, we, as teachers, too, have failed.  ~Marva Collins
Jangan coba memperbaiki siswa, perbaiki diri sendiri dulu. Guru yang baik membuat siswa bodoh menjadi cerdas, dan membuat siswa cerdas menjadi lebih cerdas. Saat siswa kita gagal, kita, sebagai guru, juga gagal.

Senyum Terindah Darimu

oleh Shinta Falsah
3 Februari 2014

Senyum itu, bukan sekedar ku menggapai bintang. Bukan sebatas ku berpijak dalam awan. Juga bukan hanya hiasan saat ku lihat hujan. Walau sekilas pelangi, tapi sangat berharga bagiku tuk mengenang. Mengenangnya kembali, meski sudah usang dimakan usia. Kini aku telah renta, tak berdaya. Memang begini adanya…
Hari-hari ku jalani tanpamu. Tanpa seberkas cinta yang terlukis selamanya di matamu. Aku merindukan itu. Sangat merindukannya. Apakah, kau pernah berpikir tentang keabadian? Keabadian yang memang takkan pernah ada di dunia?
Dua minggu sudah kau pergi. Meninggalkan jejak-jejak abadi di hidupku. Warnanya mulai kusam, sayang. Bukan mungkin lagi, karena usia kita sudah tua. Aku tak pernah menyangka bahwa minggu lalu adalah hari terakhir kita berkumpul bersama anak-anak yang kita cinta. Yang sudah kita besarkan dengan kasih sayang. Dari dekapan seorang ayah sepertimu. Itu sangat membuat kami tenang.
Akhir pekan yang selalu ku nanti setiap hari. Walau tak ada dia, tak ada mereka, anak-anak dan cucu-cucuku yang manis. Aku sangat merindukan mereka. Kini aku harus tinggal sendiri tanpa siapa pun. Mungkin nanti mereka akan datang kepadaku. Kedua anakku yang kini sudah dewasa dan sudah berkeluarga itu, akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumahku yang sederhana ini, yang penuh dengan tanaman hias yang aku jaga selalu. Kalau bukan tanaman yang aku rawat setiap hari, lalu siapa? Mungkin di mata kalian, mereka terlihat tidak perduli terhadapku. Tapi bagiku, mereka sangat peduli padaku. Dengan mengirim uang bulanan yang ku butuhkan setiap hari, itu sudah lebih dari cukup bagiku. Mungkin mereka sibuk. Ya, sibuk, kawan.
Aku bangun pagi pukul 04.00. Seperti biasa, aku akan sholat tahajjud dan membaca Al-Qur’an hingga adzan pun berseru membangunkan umat muslim untuk menunaikan sholat shubuh yang suci ini. Aku keluar rumah untuk mengambil air wudhu, karena memang letak sumur dan kran air untuk wudhu ada di luar. Di rumah yang sederhana dan tradisional inilah, ku besarkan anak-anakku hingga sukses seperti sekarang, bersama dia. Lagi-lagi, dia..
Dulu, saat kedua anakku beranjak sukses, mereka menyuruhku untuk mengubah rumah ini menjadi lebih modern. Aku bersikeras membantah semuanya. Karena, disinilah kenangan itu terlukis indah di memori otakku yang sudah pikun ini. Setiap kali kulihat ruang tamu beserta kursi-kursinya yang sudah renta pula, aku teringat kembali ke masa lampau saat aku muda dulu. Di tempat inilah aku merencanakan, berapa anak yang akan ku lahirkan nanti. Di tempat ini pula aku sering merencanakan masa depan bersama suami dan kedua anakku. Kini, itu semua tinggal kenangan. Aku sangat, sangat ingin memeluknya. Memeluk mereka semua seperti dulu. Aku sangat merindukan masa-masa lampau yang tak akan pernah terulang lagi. Jika kau sedang merasakannya saat ini, maka hargailah dan nikmatilah. Itu takkan ada untuk kedua kalinya. Seperti aku, umurku sudah tua, dan aku tak mungkin berubah menjadi muda lagi.
Tak terasa, dia sudah pergi 5 bulan yang lalu. Dan tak terasa pula, 5 bulan pula aku mendekap kenangan-kenangan bersamanya (baca: rindu). Aku selalu berharap dia tenang disisi-Nya. Allah akan menjagamu, sayang. Percayalah. Dengan tanganku yang sudah gemetar ini, akan ku panjatkan segala asa dan do’a untukmu dan untukku. Untuk kita, sayang.
Kau tau, apa yang sedang aku pikirkan sekarang?
Ya, tentang keabadian yang damai di antara waktu-waktu yang mendarat begitu cepat. Ada sesuatu yang tak mau terusik kebahagiaannya. Mungkin kesedihan berharap teriakan itu akan sampai di telinganya suatu hari, agar namanya tak lagi jadi kesedihan.
Perlu kau sadari, sayang. Bahwa setiap harinya, aku selalu ingin bercerita padamu tentang keseharian yang ku jalani tanpamu saat ini. dengan menyihir diaryku menjadi goresan-goresan tanda kesabaranku bersurat padamu. Walau aku tau, ini tak mungkin kau baca seluruhnya. Ingin.. sekali aku pergi ke surga, tempat tenang dan nyamanmu itu. Dan aku membawa buku diary ini untuk kau baca. Tak apa, bila ada seseorang yang tidak mengizinkanku untuk membawa seluruhnya, mungkin serpihan kertasnya saja, akan ku kembalikan padamu, pada seseorang yang selalu menjadi topik utama dalam diary ini. Mungkin tiap barisnya pun sudah lelah membaca namamu, sayang.
Dear diary
Apa kau bosan, untuk selalu ku ambil engkau untuk menuliskan namanya di setiap lembaran kertasmu? Kau tau? Aku sangat merindukannya. Aku ingin kembali pada masa-masa dimana aku, dia, dan anak-anakku berkumpul harmonis tanpa beban berat. Walau masalah tak hentinya terlempar pada kami.
Weekend ini, anak keduaku datang mengunjungiku. Tapi sama sekali tak ada yang spesial. Dia hanya menanyakan kabar dan melihat keadaan sekitar rumah. Itu saja, tidak lebih.
Aku tau. Jagoan keduaku ini sangat sibuk. Sama seperti saat dia junior. SMP dan SMA, dia sangat aktif sana-sini dan kadang lupa pada kesehatannya. Aku selalu berharap bahwa isterinya bisa mempedulikan kesehatan anakku itu.
Setiap aku menuliskan nama suamiku tercinta di setiap bagian tubuhmu, mungkin kau berpikir bahwa aku belum bisa ikhlas menerima kepergiannya. Bukan. Bukan itu, sahabatku. Aku hanya ingin selalu mengenangnya di setiap saat. Setelah ia, ku pastikan takkan ada lagi penggantinya. Yang terindah, tetaplah menjadi titik terang dari setiap tawa. Aku telah berpatri pada satu janji saat pertama kali ku sadari bahwa hatiku telah jatuh padanya.
Menerima itu tidak semudah saat kau belajar untuk mengenal huruf-huruf alphabet. Sama seperti kau mengikhlaskan sesuatu untuk pergi selama-lamanya. Itu sangat sulit, bukan?
Kawan, hari ini, tepat 3 bulannya kepergian suamiku. Dan hari ini pula, anak dan cucuku datang ke rumah untuk menjalankan Ramadhan bersama. Walau menantu dari anak keduaku bukanlah seorang yang beragama Islam, tapi.. aku senang mereka masih mempedulikanku dengan menghabiskan Ramadhan hingga lebaran tahun ini di rumah yang sangat sederhana milikku.
Aku sedikit sedih karena terkadang aku tak mengerti apa yang cucu-cucuku bicarakan. Cucuku hanya 4. Tetapi mereka lahir dan besar bukan di Negara kami, Negara Indonesia. Mereka tinggal di berbagai Negara mengikuti kedua orangtuanya. Maklumkan saja, aku orang dulu yang hanya lulusan madrasah tsanawiyah. Itu pun sangat bagus di zamanku. Aku harus mati-matian untuk berjuang mempertahankan sekolahku yang akhirnya aku sendiri yang membiayai hingga kelulusan karena kedua orangtuaku tidak mengizinkan aku untuk melanjutkan ke tingkat SMP, katanya, aku cuma gadis desa yang kampungan. Aku tidak lancar berbahasa inggris. Hanya kenal pada beberapa kata kerja dan kata benda, itu pun aku sudah sedikit lupa.
“Grandmaaa…” panggil cucu pertamaku. Mereka memang tidak memanggilku dengan panggilan nenek, atau mbah. Tapi dalam bahasa inggris.
“Iya, sayang? Kenapa, cu?” Sahutku di dapur
“Where is my milk? Susunya gak ada, grandma…” Kenapa cucuku harus selalu berteriak saat memanggilku? Tapi itu tak menjadi masalah. Ku maklumi, mereka masih sangat imut dan lucu.
“Disini, sayang.” Dan cucuku pun segera menghampiriku di belakang, dengan sedikit omelan tak jelas tampak pada bibirnya.
Sore hari. Jam 5 aku sudah mendatangi sahabatku (dapur) untuk menyiapkan makanan untuk buka puasa nanti. Tanpa bertanya terlebih dahulu, segera ku buatkan es campur andalan yang dulunya selalu jadi menu favorit keluargaku, terutama dia.
“Sudah jam setengah 6 sore, anak-anakku belum kumpul juga. Pada kemana mereka?” Gumamku dalam hati.
“Good evening, everybody here.”
“Itu pasti Rio anak pertamaku.” Bicaraku dalam hati.
Tak terasa, adzan maghrib pun berkumandang. Itu tandanya, puasaku hari ini selesai dengan lancar. Sebelum akhirnya aku siapkan makan dan minum di meja makan, dan memanggil anak, serta cucuku untuk buka bersama. Tapi aku sungguh terkejut saat mereka membentakku.
“Grandma! What the kind of this drink?! Ini sungguh tidak enak!”
“Bu, ini esnya kok aneh rasanya?” tambah anak keduaku.
“Kenapa, nak? Ibu tidak menambahkan apa pun di dalamnya. Ibu membuatnya seperti biasa. Sama seperti dulu saat kita buka bersama dengan bapak, nak.”
“Huh. This’s sidesplitting! Ayo, sayang, kita buka puasa di luar saja!” Mengapa anak-anakku pergi? Aku sudah membuatkan banyak es. Bahkan, menurutku ini lebih enak dari biasanya.
Aku tak percaya dengan perkataan anak dan cucuku tadi, maka ku cicipi ulang semua makan dan minuman yang telah kubuat ini. Aku sama sekali tak merasakan suatu keganjilan dalam rasanya. Ini sungguh enak dan menyehatkan. Aku tak habis pikir, mengapa mereka tidak menyukainya sampai-sampai memutuskan untuk buka puasa di luar. Oh, ya. Mungkin lidah mereka berbeda dengan lidah tua yang ku miliki.
Idul fitri sudah bisa dihitung dengan jari. Aku sangat bahagia. Di sisa umurku ini, Allah masih memberiku kesempatan untuk merayakan salah satu dari 2 hari besar umat muslim. Tapi, Dia juga belum mengizinkanku untuk memberikan diaryku pada suami tercinta, dan bertemunya di alam abadi sana. Hhhh… tak apa. Mungkin inilah tahun terakhir aku merayakan Idul Fitri.
“Grandmaaa… sepatu olahragaku dimana? Ambilkan di tas pribadiku kalau tidak ada di rak.” Lagi-lagi cucu pertamaku berteriak saat memanggilku.
“Mamaa… bajuku sudah di setrika belum? I wanna use right now.” Mama, berarti menantuku yang memanggil.
“Buuu… minum, bu, haus. Aku tidak kuat untuk puasa hari ini.” anak ketigaku membatalkan puasanya di akhir Ramadhan. Sungguh menyedihkan. Tapi aku tak bisa berbuat apa pun.
Dan hari ini, sungguhlah melelahkan. Ku akui, bukan hanya hari ini. tapi memang sejak ada tamu jauhku itu, aku memang selalu seperti ini. Penyakit asam uratku kambuh jika aku terlalu lelah beraktifitas. Tapi aku sama sekali tidak merasa di repotkan. Yang biasanya aku tak pernah lagi menjadi wanita sibuk sejak anak-anakku menikah dan tinggal di luar negeri, sekarang aku mendadak terlalu sibuk. Ini memang lucu, bukan? Dan aku senang dengan keadaanku yang sekarang ini.
Idul Fitri datang menyapa kami. Dan itu tandanya, anak dan cucuku akan segera kembali ke Negara asal mereka. Aku sedih. Aku akan kembali seperti semula. Dengan tanaman hias saja aku tinggal. Hmm…kan, dia sudah tak ada.
2 hari setelah Idul Fitri berlangsung, anak cucuku pamitan untuk segera pulang. Aku sangat dikejutkan oleh perkataan anak pertamaku bahwa…
“Bu, kita mau pulang dulu, dan…” Omongan anak pertamaku terputus. Tiba-tiba, muncullah seorang anak kecil sekitar umur 7 tahun dari balik badan anak pertamaku, Rio.
“Masya Allah.. siapa ini?!” aku kaget seraya mengelus kepalanya. Ini sangat kecil, ia masih sangat imut dan menggemaskan.
“Kami memutuskan untuk mengambil anak ini untuk ibu rawat. Kami mengambilnya di panti asuhan kemarin. Dan kami pikir bahwa tidak ada siapa pun yang menemani ibu di rumah. Maka kami memanggil anak ini buat jadi temen ngobrol ibu di rumah.” Subhanallah.. kadang aku berpikir, mereka sangat acuh padaku. Dan terkadang pula, mereka sangat sangat peduli denganku.
“Baik, nak. Ibu jaga anak ini.” Terimaku “Sini, sayang. Sama nenek.” Aku segera melambaikan tangan tanda mengajak anak itu untuk menghampiriku.
Anak dan cucuku segera berangkat menuju bandara Soekarno-Hatta. Dan tinggallah hanya aku dan anak kecil ini yang berada di rumah.
“Namamu siapa, sayang?” tanyaku saat ia melihat ruang tamuku kotor dan segera mengambil sapu.
“Ita.” Jawabnya singkat.
“Oo..kalau begitu, kau boleh memanggilku dengan sebutan nenek. Anggap saja aku ini nenekmu.”
“Baik, nek.”
Dan kini, hari-hariku pun tak pernah sepi dari tawanya seorang gadis cilik yang sangat ramah dan penyayang ini.
“Nek, sudah di minum susunya?” Dan dia tak pernah lupa untuk membuatkanku segelas susu dan segelas teh di pagi hari. Ita memang sangat rajin dan perhatian padaku. Aku sangat menyayanginya.
Dear diary
Kesepian itu sudah pergi dari awan hitam. Aku sudah tak lagi memikirkan jemari yang hilang. Dari datangnya seorang malaikat kecil di hidupku, lebih dari cukup yang kau lukiskan pada langit. Bukan hanya renyahnya tawa seorang gadis kecil. Dia sangat innocent. Dia selalu membuatku tertawa bahagia.
Malaikat kedua mana yang telah Kau kirimkan padaku setelah dia, ya Allah? Aku sadar, aku telah salah mendidik anak-anakku sehingga mereka seperti tak beragama dengan taat pada perintah-Mu. Jangan biarkan lubang kesengsaraan itu berganda menjadi dua. Dan biarkan aku mendidik si gadis kecil ini sedikit lama. Aku ingin mendidiknya dengan baik, karena dia pun sudah memiliki sifat manis dari sananya.
Kerinduan itu tetap tertancap pada dasar yang sama. Tak berembun lagi. Kini mentari telah mengambil tiap tetesan embun suci itu. Mentari yang selama ini hilang dan aku baru saja menemukannya kembali. Ternyata, sinarnya tak padam meski pernah ku lihat, kesembaban tertoreh di wajah lucunya.
Sayang…
Tenanglah kau disana. Aku betah untuk berlama-lama dengan Ita, gadis kecil yang kini menemani hariku. Aku merindukanmu, itu pasti. Tak usah kau bertanya lagi..
Di satu sore yang cerah. Aku duduk di samping halaman rumah. Dekat sekali dengan bunga-bunga kesayanganku itu. Ita menghampiri dengan bau wangi dan wajahnya yang terlihat sangat anggun.
“Nek, apa kau sudah makan?”
“Sudah, sayang. Kamu sudah?”
“Sudah, nek.” Saat ia menjawab, ia tak lupa membawa senyum manisnya itu.
Kami diam beberapa menit.
“Nek..” panggilnya lembut.
“Iya, cu?”
“Aku ingin meminta sesuatu pada nenek.”
“Apa itu, sayang? Katakan.”
“Bisakah kau mengambilkanku salah satu bunga yang paling indah di antara bunga-bunga yang cantik itu?”
“Tunggu ya, nak. Nenek akan segera memilih dan memetiknya untukmu.” Dan aku segera mengambilnya.
“Ini, sayang. Untukmu.” Aku tersenyum penuh dengan keikhlasan.
“Terima kasih, nenek.” Satu kata yang tak pernah ku dapat dari anak dan cucuku..


TENTANG AKU & KAMU, KAWAN
Oleh ALFIYAH ANA M.
 3 Februari 2014

Kawan,
Taukah kamu berapa lama masa yang kita lewati bersama??
Aku tak ingin tau,
Karna kamu selamanya bagiku.....
Bersamamu,
Tangisku kan terurai menjadi tawa
Dukaku kan terpecah menjadi bahagia
Dan airmata yang terlanjur jatuh....
Takan berubah menjadi nestapa
Denganmu,kepenatanku tergilas sirna

Terkadang disatu waktu,
Prasangka pernah menjauhkanmu dariku
Tapi sungguh kawan,
Amarah takkan bisa bertahan lama dikalbuku
Kusadari aku terikat jauh kedalam hatimu

Ingatkah kawan,
Kita pernah duduk bersama
Melukis langit dengan impian
Tentang aku , kamu dan kehidupan......

 
                                                             BERSANDAR SEPI

Oleh : Asa Fatikhah
08 Februari 2014


Bersandar embun disayat senja
Mentari pun tlah tiada
Terang cahaya hilanglah sirna
Pertanda bumi tlah gulita
Jikalau Dewi malam memancarkan sinarnya
Bersama intan-intan berlian di angkasa
Berkelap kelip bagaikan bintang surya
Menghiasi jagad raya yang indah
Burung hantu pun kian bernyanyi
Bertepis pohon yang menari-nari
Menambah aura sunyi sepi
Di keheningan malam ini
Hembusan angin menembus jiwa
Bertapak pada jendela kaca
Menambah hati kian merana
Manambah hasrat membara jua
Sandar hati dalam sepi
Yang tak terhiasi akan cinta dan kasih
Tiada yang dapat di mengerti
Akan semua yang tlah terjadi selama ini..             


20 Februari 2014

BY: Sofi Hanifa

Penantian Sang Ayah
Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya. Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.
Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.
Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat ‘hangat’ tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat. Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat., namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan boleh memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan kesembuhan anaknya. Setiap hari.
Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan doa sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yg telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. “Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku.”




1 komentar: